KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK NEGERI 2 GARUT: INDUSTRI KREATIF LHO....LAGI FAMILIAR

SELAMAT DATANG

Terima kasih Anda telah berkunjung ke Blog kami. Walaupun masih sederhana dalam blog ini namun memiliki keinginan yang kuat untuk menampilkan kegiatan siswa dalam menjalankan usaha khususnya siswa SMKN 2 Garut. Besar harapan kami kepada para pengunjung blog ini sekiranya memberikan saran dan kritikan yang membangun, lebih lagi memberikan peluang berupa kegiatan yang lainnya kepada siswa kami untuk menjadi lebih mandiri. Kami mengajak kepada segenak komponen pelaku wirausaha untuk bergabung dalam kegiatan kewirausahaan siswa SMKN 2 Garut.

Salam Wirausaha

Disinilah peranan pembelajaran kewirausahaan dalam implementasi keterampilan sehingga anak didik mampu bertahan dengan kemampuan mengelola keterampilan dirinya.
pembelajaran kewirausahaan memang merupakan unggulan bagi SMK agar anak didiknya mempunyai kemampuan lebih dan siap memasuki kehidupan sebagai manusia yang survival. Dengan kewirausahaan, maka anak ddik terbiasa dalam kondisi ‘ usaha’ dan membangun jaringan usaha sejak bersekolah sehingga saat selesai masa belajar, maka mereka sudah memiliki pengalaman kerja, bahkan pangsa pasar/ pangsa kerja tersendiri.Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Garut yang telah merintis praktik kewirausahaan siswa dalam mengelola usaha kecil.

Kamis, 09 Juli 2009

INDUSTRI KREATIF LHO....LAGI FAMILIAR

Kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada.
Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

Industri kreatif adalah “industri yang bersumber pada kreativitas, ketrampilan, dan talenta individual yang memiliki potensi untuk menciptakan lapangan kerja dan kemakmuran lewat penciptaan dan eksploitasi dari hak kekayaan intelektual”. Industri kreatif memang memiliki skala dan potensi yang sangat besar untuk ekonomi suatu negara.Setahun lalu, presiden SBY sudah mulai mendengung-dengungkan pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Presiden juga memunculkan istilah “Peradaban Gelombang Keempat”. Peradaban inilah yang akan melahirkan suatu tatanan ekonomi baru, Ekonomi Gelombang Keempat.Ekonomi gelombang keempat merupakan kelanjutan dari ekonomi gelombang sebelumnya yang mengandalkan teknologi informasi sebagai ujung tombak. Keunggulan ekonomi gelombang baru ini adalah ekonomi yang menitikberatkan pada tiga aspek orientasi yakni kreativitas, budaya dan warisan budaya, serta lingkungan. Perhatikan bahwa KREATIVITAS akan menjadi pijakan utama dalam ekonomi gelombang baru ini.
Bicara soal Indonesia kreatif, berarti kita harus paham soal perkembangan industri kreatif di Indonesia dunk. Tapi, apaan sich industri kreatif itu? Pada dasarnya industri kreatif adalah industri yang bermuara pada intelektualitas, ide, dan gagasannya yang orisinal lantas merealisasikannya berdasarkan pemikiran serta rasa dari lubuk hati yang paling dalam sebagai insan kreatif yang ingin memajukan industri di tanah airnya.
Eh, ternyata industri kreatif itu buanyak banget lho macamnya. Industri kreatif itu terdiri dari 14 sektor industri berikut:

1. Periklanan
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan produksi iklan, produksi material iklan, termasuk tampilan iklan di media cetak dan elektronik

2. Film/Video dan Fotografi
Semua kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa fotografi, produksi film (termasuk penulisan skenario, sinematografi, dan lain-lain).

3. Musik
Semua aktivitas yang menyangkut proses produksi album lagu, rekaman suara, komposisi musik termasuk pertunjukan musik.

4. Arsitektur
Termasuk di dalamnya segala sesuatu yang berkaitan dengan tatakota, arsitektur taman, konstruksi bangunan, dan lain-lain.

5. Pasar seni dan Barang Antik
Sektor ini biasanya berkaitan dengan pengerjaan maupun perdagangan produk-produk antik termasuk di dalamnya hiasan.

6. Kerajinan
Sektor industri ini berkaitan dengan distribusi produk-produk kerajinan (aksesori, emas, kayu, kaca, porselen,dan lain-lain)

7. Desain
Sektor industri ini mencakup bidang desain grafis, interior, desain produk. logo, branding, dan lain-lain.

8. Desain Fashion
Termasuk di dalamnya aktivitas yang berkaitan dengan kreasi desain pakaian, aksesori, produksi pakaian, dan lain-lain

9. Permainan Interaktif
Termasuk di dalamnya adalah termasuk proses produksi maupun distribusi game online atau video yang bersifat edukatif.

10. Seni Pertunjukan
Termasuk di dalamnya adalah kegiatan kreatif seperti pertunjukan tarian tradisional, kontemporer, drama, musik tradisional, teater, opera, dan lain-lain.

11. Penerbitan dan Percetakan
Sektor industri ini meliputi kegiatan yang berkaitan dengan penulisan atau penerbitan buku, majalah, koran, tabloid, portal, dan lain-lain.

12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak
Berkaitan dengan pengembangan teknologi informasi termasuk pengembangan software, desain arsitektur peranti lunak, web design, dan lain-lain.

13. Televisi dan Radio
Termasuk di dalamnya adalah produksi dan penyiaran serta transmisi televisi dan radio.

14. Riset dan Pengembangannya
Sektor industri ini berkaitan dengan aktivitas untuk menemukan inovasi baru, metode baru, atau teknologi baru yang bisa menjadi solusi.Wah, banyak juga yach macemnya. Itu berarti semakin berkembang industri kreatif di Indonesia, maka semakin banyak pula lapangan pekerjaan yang terbuka untuk masyarakat Indonesia. Industri kreatif memang tidak akan pernah mati…

Sumber: 1. Wikipedia bahasa Indonesia 2. Agus MU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Melirik Peluang Industri Kreatif

Tahun Industri Kreatif
Oleh pemerintah, tahun 2009 ini dijadikan tahun gerakan industri kreatif. Berbagai pameran digelar di sejumlah tempat di berbagai daerah. Untuk Anda yang merasa kreatif atau merasa sudah tidak nyaman lagi bekerja dengan rutinitas, ini bisa dilihat sebagai moment untuk membuktikan diri.

Tentu pemerintah Indonesia punyi bukti kenapa yang dipilih industri kreatif. Dari catatan Departemen Perdagangan / Perindustrian RI, industri kreatif ini punya banyak kelebihan dan telah terbukti memberikan sumbangan dalam pembangunan. Di antara kelebihannya adalah:

Kebutuhannya terhadap modal uang dan material relatif lebih kecil. Siapa saja, mau individu atau kelompok bisa memulainya, dengan menggunakan modal yang sudah ada. Bahkan salah seorang putra Indonesia yang namanya mendunia di bidang IT, memulainya dari warnet / rental komputer di samping rumahnya karena dia tidak punya komputer.
Fleksibel terhadap perubahan sehingga lebih tahan terhadap goncangan eksternal. Ide kreatif itu bisa diterapkan dan diadaptasikan ke tingkat yang tak ada batasnya meski masih dalam satu bidang.

Kelincahan dalam bermain, terutama dalam distribusi dan pemasaran. Kalau kita mengirim barang ke Saudi, ini butuh waktu beberapa hari, di samping juga biayanya mahal. Tapi kalau kita mengirim file, hitungannya menit dan biayanya sangat-sangat-sangat lebih murah.
Bagi pemerintah RI dan juga sejumlah negara di dunia, kelebihan industri kreatif itu selain ada kontribusinya dalam pembangunan, seperti penyerapan tenaga kerja dan pendapatan, ia juga dilihat sebagai gerakan dari gelombang ekonomi keempat. Menurut analisis para ekonom, gelombang ekonomi dunia itu bergerak dari pertama, kedua, ketiga, dan keempat.

Gelombang ekonomi pertama dulu disebutnya dengan ekonomi agraris yang bertumpu pada sektor pertanian (termasuk kelautan, kehutanan, peternakan atau alam). Gelombang ekonomi kedua bertumpu pada kekuatan industri atau modal uang dan material, seperti pabrik atau produksi barang-barang. Gelombang ekonomi ketiga disebutnya dengan ekonomi informasi yang bertumpu pada kekuatan IT, jaringan, dan media. Sedangkan gelombang ekonomi keempat disebutnya dengan ekonomi kreatif yang bertumpu pada kekuatan otak (kreativitas).

Apa itu industri kreatif? Menurut definisi yang dipakai pemerintah, industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan dan bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan kreasi. Industri kreatif adalah industri yang unsur utamanya adalah kreativitas, keahlian dan talenta yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual (Dr. Togar M. Simatupang, SBM ITB, 2007)

Beberapa Sektor Kreatif
Secara formal, pemerintah telah merumuskan sejumlah sektor yang masuk ke dalam lini industri kreatif ini. Kalau melihat laporan beberapa negara, memang setiap negara punya rumusan yang tidak sama mengenai sektor apa saja yang termasuk industri kreatif itu. Beberapa sektor industri kreatif yang oleh pemerintah RI dipilih adalah sektor di bawah ini dengan berbagai turunannya:
Periklanan
Arsitektur
Pasar seni dan barang antik
Kerajinan
Desain
Fashion
Video, film dan fotografi
Permainan interaktif
Musik
Seni pertunjukan
Penerbitan dan percetakan
Layanan komputer dan piranti lunak
Televisi & radio
Riset dan pengembangan

Jika misalnya kita memiliki gagasan kreatif, gagasan itu menurut kita bisa dieksekusi, dan pada akhirnya gagasan itu bisa menghasilkan uang atau menjadi lahan aktualisasi-diri, tapi tidak masuk dalam kategori di atas, ya tidak usah bingung memikirkan apakah ini masuk industri kreatif atau tidak. Kategori di atas hanyalah cara untuk memudahkan.

Yang penting, esensinya adalah bagaimana seseorang bisa berkreasi / berporfesi/ berperan dengan menggunakan akal kreatifnya, entah dengan memberdayakan sumberdaya alam atau sumberdaya non-alam. Sebab, tujuan utama industri kreatif adalah untuk membangun ekonomi kreatif, sebuah kekuatan ekonomi yang didasarkan pada keunggulan SDM dalam memberdayakan potensi dirinya dan alam sekitarnya.

Masih Berkutat Pada Bidang
Dari hasil pengamatan beberapa orang yang telah malang melintang di usaha-usaha kreatif, katakanlah seperti Mas Garin dan sejumlah seniman, seperti yang dikutip sejumlah koran, Indonesia punya masalah yang tidak ringan untuk diatasi terkait dengan keinginan untuk menggerakkan industri kreatif itu.

Dari sisi mindset misalnya, baik pemerintah atau masyarakat, baru melihat industri kreatif sebagai bidang usaha. Padahal, yang namanya kreatif itu adalah manusia dan otaknya. Mestinya, konsentrasi kita pada bagaimana menumbuhkan jiwa-jiwa kreatif, bukan hanya membuka jurusan sekolah yang dimasukkan dalam kategori industri kreatif itu atau langsung membuka kantor untuk melayani jasa industri kreatif, katakanlah penerbitan atau periklanan. Ini terlalu menyederhanakan persoalan.

Masih di bulan Mei 2009 ini, TVRI mengundang Bu Menteri Mari Elka Pangestu untuk berdialog tentang hal ini. Beberapa menit dialog berjalan, ada salah seorang dari kabupaten kecil di Jawa Tengah yang menelpon Bu Menteri. Ternyata si penelpon adalah salah seorang siswi lulusan perdana SMK di sana jurusan animasi yang sedang bingung mencari pekerjaan. Bayangkan, di kabupaten kecil ada SMK jurusan animasi, padahal di daerah itu jurusan ini belum banyak jodohnya.

Mau tidak mau, kalau ingin tidak nganggur, ya harus lari ke Jakarta. Kalau semua lulusan SMK di sejumlah daerah dengan jurusan yang aneh-aneh itu lari ke Jakarta, beban pembangunan tak terkurangi. Lebih parah lagi kalau misalnya ganti menteri ganti jurusan. Berapa dana yang ter-mubadzirkan di sini? Menurut laporan media, dari sekian triliun utang luar negeri itu, hanya sekitar 40-60% yang efektif pengunaannya.

Dan lagi, jika gerakan industri kreatif ini kita pahami sebatas sebagai bidang, ujung-ujungnya, seperti kritik Mas Garin, kita tetap saja jadi buruh di pabrik kreatif atau industri kreatif. Terbukti, beberapa pengrajin di Jateng, Jatim, dan Jabar lebih berperan sebagai buruh atau pekerja yang mengerjakan pesanan dari luar negeri. Karena mentalnya tidak kreatif, tetap tidak bisa menjadi orang kreatif meski menerjuni bidang kreatif.

Persoalan lain adalah dukungan pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang beradab, penegakan hukum, dan pelatihan secara berkesinambungan. Sudah banyak bukti dimana ada orang kreatif, seperti penulis, pelukis, pekerja film, pengrajin, dll, hanya mendapat piala penghargaan berupa pujian dan publikasi, tapi kesejahteraan ekonominya rendah karena termarjinalkan oleh iklim usaha yang kurang beradab, seperti hukum rimba dimana singa tetaplah pemenangnya. Kalau ini berjalan terus, tentu tidak banyak pemuda yang tertarik menerjuni industri kreatif. Kalau pun ya, itu terpaksa atau belum punya kesempatan untuk lari ke luar negeri yang lebih beradab iklim usahanya.

Ini belum lagi berbicara mengenai penegakan hukum pada kasus pembajakan, misalnya. Yang namanya ide kreatif itu mudah dijiplak atau digandakan. Jika pembajakan tidak ditangani dengan serius, maka yang untung adalah orang yang membajak, bukan orang yang berkreasi. Ketidakadilan ini pasti akan menimbulkan efek demotivasi.

Nasionalisme juga menjadi masalah di kita. Kalau orang Indonesia tidak bangga dengan budayanya sendiri, mana mungkin mereka membeli produksi kreatif anak negeri? Sedikit pengalaman saya menulis buku terkadang memunculkan pertanyaan, kenapa buku di kita mayoritasnya terdominasikan oleh karya terjemah, entah dari Timur atau Barat.

Padahal, bobot karya orang lokal sendiri belum tentu seluruhnya kalah telak jika ada dukungan dan kesadaran. Beberapa kali saya mengajak teman yang sudah senior menerjemahkan buku berbahasa Arab atau Inggris untuk memindahkan tampuk otoritas profesi ini kepada yang masih junior dan beralih ke menulis pemikiran berbasis lokal. Tapi masalahnya klasik: sudah pusing dengan trust penerbit, di pasaran pun belum tentu laku, katanya.

Beberapa Syarat Menjadi Kreatif
Berbagai masalah di atas memang tidak mungkin kita selesaikan seorang diri. Harus dimulai dari gerakan yang diinisiatifkan pemerintah, cendekiawan, dan pebisnis. Namun begitu, tidak berarti pintu untuk orang kreatif sudah tertutup. Beberapa orang malah melihat Indonesia sebagai negara yang sangat terbuka untuk menjajal ide-ide kreatif, sampai pun itu mengecat langit di atas sana.

Untuk skala individu, kreatif dan tidak kreatifnya kita itu bukan tergantung dimana kita berada, melainkan bagaimana kita mengaktifkan akal-akal kreatif. Syarat yang paling mendasar untuk bisa mengaktifkan itu adalah:

Pertama, keberanian menerjuni bidang tertentu sampai membuat kita memiliki banyak pengetahuan, pengalaman, dan keahlian di bidang itu. Menurut hukum kebiasaan, ide-ide kreatif itu muncul pada saat kita melakukan sesuatu, bukan pada saat kita merencanakannya. Dimana pun kita menjumpai orang kreatif, entah di bidang apapun, hampir bisa dipastikan orang itu sudah lama menekuni bidangnya. Jadi bisa dikatakan, menjadi orang kreatif itu bukan hasil, melainkan proses untuk selalu ingin berkreasi lebih baik.

Kedua, memiliki komitmen dan motivasi intrinsik (dorongan yang bersumber dari panggilan hati) sehingga membuat kita tidak merasa "dipaksa bekerja" oleh orang lain yang berefek pada kegelisahan, ketegangan, dan ketidakpuasan. Karyawan yang kreatif umumnya adalah mereka yang bekerja dengan membawa visi mulia dan tinggi atas dasar kesadarannya, bukan karena semata dipaksa aturan.

Sekedar tambahan, supaya kita lebih terpanggil oleh dorongan hati, bidang industri / kreasi yang kita pilih itu dapat kita sesuaikan dengan, antara lain: a) cita-cita atau panggilan hidup yang terus menggelora dari dada, misalnya Anda selalu ingin menerjuni bidang yang terkait dengan kepedulian terhadap anak-anak, b) kompetensi atau keahlian yang paling kita kuasai saat ini, c) ketersediaan peluang dan resource yang paling dekat dengan kita.

Ketiga, kemampuan mengaktifkan nalar yang selalu kita optimalkan. Ini sangat penting ketika menghadapi masalah. Nalar yang mudah gelap ketika melihat masalah akan sulit diajak untuk kreatif. Nalar bisa dioptimalkan penggunaannya melalui, antara lain:
Pencarian solusi / alternatif yang lebih banyak saat menghadapi masalah
Eksperimentasi konsep atau ide ke dalam praktek untuk melihat berbagai efek yang paling bagus
Membaca apa saja sejauh itu nantinya kita gabung-gabungkan melalui rekayasa mental
Bertukar pikiran dengan orang yang secara prestasi lebih baik dari kita, minimalnya untuk satu hal
Memberikan jeda bagi nalar untuk berpikir atau merumuskan (relaksasi mental). Nalar bisa mandek jika kita merasa "diancam" oleh berbagai tuntutan dan rutinitas

Berdiri Dua Kaki
Sering ada pertanyaan, bagaimana cara memulai menerjuni pekerjaan / profesi kreatif yang benar-benar saya impikan dari dulu, sementara saya saat ini menjadi karyawan yang pendapatannya sudah pasti? Kalau saya tinggalkan langsung, sementara jaminan pendapatan itu tidak pasti, wah ini malah bikin masalah baru. Kalau itu keadaan yang kita hadapi, mau tidak mau, jurus yang paling aman adalah berjalan dengan dua kaki, alias tetap di pekerjaan yang sekarang tapi teruslah merintis. Akan tetapi, kondisi ini bukan tidak ada dampak yang harus di pikirkan atau di antisipasi. Ketika pekerjaan rintisan mengambil porsi energi dan waktu pekerjaan utama / pertama, tindakan itu bisa dianggap tidak etis. Ibaratnya seperti benalu yang menempel di pohon. Kalau benalu-nya satu, pohonnya tidak mati. Tapi kalau benalu nya banyak dan rame-rame mengeroyok pohon, tidak lama kemudian pohon itu akan mati. Oleh karenanya, konsep keadilan dan etika ini yang harus di pahami terlebih dahulu sebelum kita memutuskan untuk mempunyai usaha rintisan. Jangan sampai, keberhasilan usaha pribadi di bangun di atas reruntuhan usaha yang telah berjasa menyelamatkan kita selama ini.

Sumber dari : Ubaydillah, ANJakarta, 30 Juni 2009

SELAMAT DATANG

Salam Wirausaha

Kamis, 09 Juli 2009

INDUSTRI KREATIF LHO....LAGI FAMILIAR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog ini

Bagaimana pendapat Anda tentang Blog ini?

Koleksi

Silakan Klik di sini untuk mendapatkan informasi yang lain

Kegiatan Praktik

Model Kaos

DIKLAT SYB (Start Your Business)

Arsip Materi kewirausahaan

Melirik Peluang Industri Kreatif